Skintific
Skintific
Skintific Skintific Skintific

Tegalbuleud, Jalan Rusak di Sukabumi Bikin Ongkos Panen Melonjak, Petani Menjerit

Skintific

Jalan Rusak di Sukabumi Bikin Ongkos Angkut Panen Melonjak, Petani Menjerit Minta Perhatian Pemerintah

Koran Sukabumi- Musim panen kacang tanah yang seharusnya membawa kebahagiaan bagi para petani di Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, justru berubah menjadi sumber keluhan. Penyebabnya adalah kerusakan parah pada ruas jalan penghubung antara Desa Nangela dan Desa Bangbayang, tepatnya di jalur Cibugel–Bangbayang.

Jalan yang menjadi nadi utama aktivitas warga ini kini dalam kondisi memprihatinkan. Lumpur, batuan lepas, dan jalan berlubang mendominasi sepanjang belasan kilometer, membuat akses mobil hampir mustahil. Dampaknya langsung terasa oleh para petani dan pengepul hasil panen.

Skintific

Ongkos Angkut Melonjak Tajam

Aweng (27 tahun), seorang tengkulak kacang tanah di wilayah tersebut, mengungkapkan bahwa jalan rusak ini membuat biaya pengangkutan hasil panen naik drastis. Untuk membawa hasil panen dari kebun ke Kampung Cimahpar, Desa Bangbayang, yang hanya berjarak 4–6 kilometer, ia harus menggunakan motor modifikasi yang biasa disebut motor “engkreg”.

“Sekarang biaya angkut bisa sampai Rp 2 ribu per kilogram. Itu belum termasuk biaya panen. Padahal harga beli dari petani cuma Rp 5 ribu per kilo, dan kami jual ke pengepul besar Rp 10 ribu. Untungnya tipis banget,” jelas Aweng, Senin (9/6/2025).

Menurutnya, jika kondisi jalan lebih layak dan bisa dilalui mobil, biaya transportasi bisa ditekan. Hal ini tentu akan meningkatkan pendapatan petani dan menyejahterakan mereka secara ekonomi.

Tegalbuleud, Jalan Rusak di Sukabumi Bikin Ongkos Panen Melonjak, Petani Menjerit
Tegalbuleud, Jalan Rusak di Sukabumi Bikin Ongkos Panen Melonjak, Petani Menjerit

Baca Juga : Kreativitas Santri Tercermin dalam Kontes Rias Domba Menjelang Idul Adha di Sukabumi

Jalan Tak Pernah Diperbaiki Serius

Warga menyebut, jalan ini sudah belasan tahun tidak pernah diperbaiki secara menyeluruh. Yang ada hanya tambal sulam, itu pun tidak bertahan lama. Ketika musim hujan datang, kerusakan makin parah. Tak hanya aktivitas pertanian yang terganggu, akses ke sekolah dan layanan kesehatan pun jadi sulit.

“Sudah sering dijanjikan saat kampanye Pilkada, tapi kenyataannya nihil. Masyarakat Tegalbuleud sudah capek berharap,” kata Aweng dengan nada kecewa.

Ia berharap, pemerintah, terutama Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang dikenal dekat dengan masyarakat dan disapa “Bapak Aing”, mau turun langsung melihat kondisi jalan ini.

“Harapan kami cuma satu: Bapak Aing mau bantu perjuangkan jalan ini. Karena jalan ini bukan cuma urusan ekonomi, tapi juga akses anak-anak sekolah, ibu melahirkan, sampai orang sakit,” katanya lagi.

Kerusakan Tak Hanya Jalan, Jembatan Pun Rusak

Kepala Bagian Tata Usaha UPTD PU Wilayah Sagaranten, Ami Amelia, membenarkan bahwa ruas jalan Cibugel–Bangbayang memang berstatus jalan kabupaten. Dari total panjang 24 kilometer, sekitar 16 kilometer mengalami kerusakan berat.

“Kondisi bagus hanya sekitar delapan kilometer saja. Selebihnya rusak parah, bahkan beberapa titik terdampak pergerakan tanah,” ujar Ami saat dikonfirmasi.

Tak hanya jalan, kerusakan juga terjadi pada tiga jembatan gantung penting di sepanjang jalur tersebut, yaitu Jembatan Cigugur, Jembatan Cicurug, dan Jembatan Cilantung. Salah satu jembatan bahkan tergerus banjir besar dari Sungai Cigugur pada Desember 2024 lalu.

Pemerintah Janji Percepat Usulan Perbaikan

Menurut Ami, pihak UPTD PU setiap tahun telah mengusulkan perbaikan jalan dan jembatan ini. Namun hingga saat ini, belum ada realisasi signifikan. Tahun ini, ia menyebut proses pengajuan sedang dipercepat agar bisa segera masuk dalam anggaran perbaikan.

“Kami sangat memahami kesulitan warga. Prosesnya sedang kami dorong, mudah-mudahan bisa segera terealisasi,” katanya.

Harapan Petani dan Warga Desa

Warga berharap tidak ada lagi janji kosong dari pejabat. Mereka ingin bukti nyata berupa alat berat yang turun ke lapangan dan perbaikan yang tuntas, bukan hanya tambal sulam. Bagi mereka, jalan bukan sekadar urat nadi ekonomi, tetapi juga penentu masa depan anak-anak dan keselamatan warga yang butuh akses cepat ke rumah sakit.

“Kalau jalan rusak terus, anak sekolah bisa putus sekolah, petani makin rugi, dan orang sakit bisa terlambat ditangani. Kami tidak minta muluk-muluk, cuma jalan yang layak,” tutup Aweng.

Skintific